Mengapa Bershalawat Kepada Nabi Muhammad SAW Begitu Istimewa?


Membaca sholawat atas Nabi Muhammad SAW memiliki banyak keuatamaan. Orang yang paling dekat dengan Nabi dan paling berhak mendapat syafaatnya adalah orang yang paling banyak membaca sholawat kepadanya.

Di antara hadits tersebut adalah sebagai berikut, dari Abu Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا

"Siapa saja yang bersholawat kepadaku sekali, maka Allah SWT bersholawat 10 kali untuknya." (HR Muslim, Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah).

Dalam karyanya yang berjudul Tanqih Al-Qaul, Syekh Nawawi Al Bantani mengungkapkan, sebagian sahabat pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW:

"Allah bersholawat 10 kali untuk orang yang bersholawat atas engkau sekali. Apakah hal itu bagi orang yang hatinya hadir?"

Nabi menjawab, "Tidak. Sebaliknya hal itu bagi setiap orang yang lupa bersholawat atasku. Dan Allah SWT memberikan kepadanya, seperti gunung-gunung. Dan para malaikat berdoa untuknya dan meminta ampunan untuknya. Sedangkan bila hatinya hadir pada waktu bersholawat atasku, maka hanya Allah SWT yang tahu perkiraannya."

Dalam Shahih Muslim juga diriwayatkan bahwa Abdullah bin Amr bin Ash RA, mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Siapa saja yang bersholawat kepadaku sekali, maka sebagai gantinya Allah  SWT bersholawat 10 kali untuknya."

"Siapa saja yang bersholawat kepadaku sekali, maka sebagai gantinya Allah SWT bersholawat 10 kali untuknya."

Demikian dututurkan Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar. Maksudnya, bila sholawatnya bertambah, maka tambahannya didasarkan pada perbandingan tersebut. Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ أَلْفَ مَرَّةٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يُبَشَّرَ لَهُ بِالجَنَّةِ

"Siapa saja yang bersholawat kepadaku seribu kali, maka dia tidak meninggal sampai digembirakan dengan surga."

Dalam sebagaian riwayat disebutkan, "Siapa saja yang bersholawat kepadaku seribu kali, maka dia diberi kabar gembira berupa surga sebelum kematiannya."

Demikian keistimewaan yang didapatkan kepada umatnya yang senantiasa mendawamkan shalawat kepada nabi Muhammad SAW.

Allah SWT dan Malaikat Bershalawat kepada Nabi

Salah satu ibadah yang sangat sering dianjurkan oleh para guru untuk dilakukan oleh para muridnya adalah memperbanyak bacaan shalawat kepada Rasulullah Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Ini perlu mengingat banyaknya keistimewaan shalawat yang tidak dimiliki oleh amalan-amalan selainnya.

Secara bahasa as-shalawât merupakan bentuk jamak dari kata as-shalât yang berarti berdoa. Karenanya maka bershalawat kepada Rasulullah berarti mendoakan kebaikan bagi beliau.

Allah SWT berfirman dalam Alquran surat Al Ahzab ayat 56 yaitu:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” 

Apa makna shalawat yang berasal dari Allah, para malaikat dan orang-orang mukmin?

Jamal Muhammad Az-Zaki dalam buku Sehat dengan Ibadah menjelaskan bahwa Abu Al-Aliyah pernah mengatakan: “Shalawat dari Allah adalah pujian-Nya kepada Nabi di hadapan malaikat. Sedangkan shalawat malaikat kepada Nabi adalah doa.” 

Sedangkan Ibnu Abbas berkata bahwa kata ‘yushallun’ mengandung pengertian ‘yubarrikun’ (memberkati). Adapula yang berpendapat bahwasannya shalawat (shalat) Allah SWT adalah rahmat atau kasih sayang, sedangkan shalawat malaikat adalah istighfar.

Imam Al-Qurtubi di dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa shalawatnya Allah kepada Nabi Muhammad berarti rahmat dan keridloan-Nya kepada beliau. Sedangkan shalawatnya para malaikat berarti doa dan permohonan ampun (istighfar) mereka bagi Rasulullah. Adapun shalawatnya umat beliau merupakan doa dan pengagungan terhadap kedudukan Rasulullah Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam

Berbeda-bedanya makna shalawat yang dilakukan oleh Allah dan para malaikat serta orang-orang mukmin semuanya sejatinya dimaksudkan untuk satu hal, yakni memperlihatkan pengagungan kepada beliau dan menghormati kedudukan beliau yang luhur sebagaimana mestinya. Hal ini sama dengan ketika Allah memerintahkan kita untuk selalu mengingat-Nya, bukan berarti Allah butuh diingat oleh hamba-Nya namun karena untuk menunjukkan kebesaran dan kedudukan-Nya.

Membaca Sholawat untuk Meraih Syafaat Rasulullah SAW

Sebagai umat Muslim, sudah sepantasnya mengharapkan rida Allah SWT dan syafaat dari Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW adalah seseorang yang memiliki syafaat khusus dan menjadi harapan bagi umatnya. Sebagai umat Muhammad, seseorang muslim seharusnya tidak tenggelam dalam maksiat lalu mengandalkan syafaat Rasulullah SAW tersebut. Rasulullah SAW sendiri memiliki sejumlah syafaat:

1. Syafaat Rasulullah SAW pada hari penghakiman manusia di Padang Mahsyar. Syafaat ini disebut sebagai “Syafaatul uzma” yang merupakan makam terpuji yang dikhususkan untuk Rasulullah SAW.

2. Syafaat Rasulullah SAW untuk memasukkan sekelompok orang ke surga tanpa hisab.

3. Syafaat Rasulullah SAW untuk memasukkan sekelompok orang yang seharusnya masuk neraka ke dalam surga.

4. Syafaat Rasulullah SAW untuk mengeluarkan sekelompok orang dari neraka. Syafaat ini selain dimiliki oleh Rasulullah SAW juga dimiliki oleh para ulama dan auliya.

5. Syafaat Rasulullah SAW untuk mengangkat derajat sekelompok orang di dalam surga.

6. Syafaat Rasulullah SAW untuk meringankan siksa sejumlah orang kafir.

Salah satu cara untuk mendapatkan syafaat Rasulullah SAW adalah dengan melantunkan doa salawat khusus agar mendapat syafaat Rasulullah SAW.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa Rasulullah SAW akan memberikan syafaat paling banyak kepada orang yang bersholawat: "Orang yang paling berhak mendapatkan syafa'atku di hari kiamat adalah orang yang paling banyak bersholawat kepadaku." (HR Tirmidzi).

Sejarah Shalawat Nabi


Membaca shalawat adalah salah satu amalan dan penghargaan kita kepada Rasulullah SAW. Sebagai umat Rasul SAW tentu kita tak asing lagi dengan amalan membaca shalawat, bahkan di masa sekarang membaca shalawat tidak hanya amalan yang bernilai pahala, tapi juga sudah mulai menjadi budaya dan perlombaan.

Membahas sejarah shalawat tentu tidak bisa terlepas dari Surat Al-Ahzab ayat 56:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Sebab turunnya ayat ini bisa dibilang menjadi sejarah shalawat kepada Rasul SAW. Sebab, At-Thabari menyebutkan bahwa setelah ayat ini turun, ada seorang sahabat yang bertanya terkait bunyi shalawat kepada Rasulullah SAW. Kemudian Rasul SAW menyebutkan shalawat Ibrahimiyah, sebagaimana yang biasa kita baca pada tasyahud akhir saat shalat.

Ayat tersebut oleh At-Thabari memerintahkan orang-orang yang beriman untuk mendoakan Rasul SAW dan keselamatannya. Terkait kapan shalawat itu diwajibkan kepada Rasul SAW, merujuk pada turunnya ayat tersebut kepada Rasul SAW, perintah shalawat tersebut diturunkan pada bulan Syaban pada tahun kedua Hijriyah.

Secara lebih lanjut As-Suyuṭī menjelaskan bahwa shalawat sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Musa AS dan kaumnya, Bani Isra’il. Saat itu Bani Isra’il bertanya kepada Nabi Musa AS, terkait apakah Allah SWT bershalawat kepada makhluk-Nya. Mendengar pertanyaan dari kaumnya tersebut, Nabi Musa AS kemudian berdoa dan meminta jawaban kepada Allah SWT. Allah SWT pun menjawab pertanyaan Nabi Musa AS. Allah SWT berfirman kepada Nabi Musa AS.

Kemudian turunlah Surat Al-Ahzab di atas. As-Suyūṭī menambahkan bahwa setelah turun ayat tersebut, kaum Bani Israil tersebut kemudian bahagia dan memujinya.

Dari hal ini bisa diambil kesimpulan bahwa anjuran bershalawat turun untuk menghargai dan memuji utusan Rasul SAW atas tanggungannya berdakwah kepada para kaumnya. Shalawat awalnya sebagai kabar baik kepada kaum Bani Israil, namun Allah SWT juga memberikan keutamaan kepada para nabi melalui shalawat kepadanya terlebih dahulu karena semuanya disampaikan melalaui perantaranya.

Ini juga bisa termasuk sebagai penghargaan kepada Nabi dan Rasul tersebut. Dalam hal ini Ubay ibn Ka’ab menyebutkan bahwa tidak ada hal baik yang diturunkan kepada seorang Rasul kecuali Rasul tersebut menjadi bagian dari hal baik tersebut.

Oleh karena itu pada masa Rasulullah SAW, shalawat ini juga bisa menjadi sebuah penghargaan kepada Rasul SAW. Itulah mengapa ketika nama Rasul SAW disebut, Rasul SAW menganjurkan kita untuk membaca shalawat kepadanya, bahkan dengan memberikan janji keutamaan-keutamaan yang banyak.

Syiar untuk Syair

 

     


      Hadroh adalah kesenian islami yang sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. Dikisahkan pada saat baginda nabi hijrah ke madinah, baginda nabi disambut gembira oleh kaum anshor dengan nyanyi-nyanyian, lagu-lagu, syair-syair, yang dikenal dengan sholawat “thola’al badru ‘alaina” serta diiringi oleh tabuhan dari hadhrah atau duff.

  Hadrah pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh tasawuf yang sampai sekarang karya - karyanya masih di perbincangkan oleh pakar - pakar serta sarjana - sarjana di dunia timur maupun barat, beliau adalah Jalaluddin Rumi Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. 

    Kesenian hadroh merupakan suatu kesenian yang selalu dinantikan. Irama tabuhan rebana yang merdu dan khas membuat lantunan sholawat yang diiringi menjadi terasa syahdu dan menggetarkan jiwa.

    Banyaknya anak muda yang hobi memainkan seni Hadroh, menjadikan hadroh semakin dikenal baik di kalangan masyarakat. Adapun macam-macam alatnya yang sering kita temui: terbang, bass / jidor, ketam, perkusi / darbuka, keprak. 

    Namun, Hadroh Indonesia memiliki inovasi baru. Dengan membuat berbagai macam aksesoris yang dapat meningkatkan minat dikalangan anak muda khususnya masyarakat UIN untuk selalu mengingat sholawat. 

Berdasarkan hadist nabi:

"Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali." (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa'i). 

        Selain memainkan hadroh, hal ini bisa juga menjadi media syiar melalui syair karena bermain hadroh bisa berdakwah melalui lirik sholawat dan lagu islami yang dibawakan, tuturnya.

    Tidak aneh memang karena grup sholawat membawa unsur syiar di dalam syair dan juga grup sholawat relatif bisa dimasuki semua umur diberbagai kalangan menengah ke bawah walau relatif lebih didominasi oleh kawula muda.

Faktanya sudah sejak dahulu hadroh digunakan oleh para sufi untuk berdzikir kepada Allah SWT dan bersholawat kepada Rasulullah SAW. Karena dengan menggunakan hadhrah para sufi dapat langsung menghadirkan hatinya kepada Allah SWT. serta dalam dzikirnya. Dengan alat seni musik hadroh para sufi lebih menghayati dan lebih khusuk dalam berdzikir dan bersholawat. 

 

 

 

Keutamaan Shalawat Nabi



Shalawat merupakan ibadah yang Allah pun melakukannya. Allah juga mengajak para malaikat-Nya untuk bershalawat kepada Nabi. Sungguh begitu istimewa shalawat di mata Allah, tentunya hal ini perlu diulik ada keutamaan besar apa dibalik shalawat. Dalam firmannya Allah berfirman dengan arti “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershlawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershlawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.

 Ada beragam cara untuk dapat membuat kita semakin dekat dengan Allah dan Rasul-Nya. Untuk bisa bersemangat setiap hari tentunya kita membutuhkan pengingat agar selalu dekat dengan sang pencipta. Salah satu caranya adalah dengan bershalawat.

Shalawat merupakan bentuk dari pujian terhadap Nabi sebagai ibadah kepada Allah. Shalawat yang dilantunkan oleh umat Muhammad adalah bentuk dari pengagungan kepada Rasulullah SAW. Banyak sekali keutamaan dan manfaat yang akan dirasa oleh kita sebagai umat Nabi ketika bershalawat. Dalam Kitab Ihya Ulumuddin Imam Al-Ghazali serta buku Mukjizat Shalawat dijelaskan sebelas keutamaan shalawat, diantaranya.

Bukti taat perintah Allah, bershalawat layaknya kita beribadah kepada Allah, bagaimana tidak Allah saja bershalawat kepada Nabi. Dengan begitu setiap kita bershalwat sama halnya beribadah kepada Allah. Keselarasan Allah, Allah memerintah umatnya bershalawat tiada lain maksud selain dari untuk memberi rida dan sebagai umat Nabi untuk mengaggungkan Nabi. Dapat 10 shalawat dari Allah, begitu luar biasanya bershalawat sampai Allah turut bershalawat kepada Nabi untuk kita, dengan begitu inysa Allah dapat memperbagus dan mempermudah ibadah kita. Diangkat 10 derajat, derajat di dunia dan di akhirat merupakan hal yang begitu diidamkan, dengan begitu akan banyak hal yang baik dan mudah untuk dijalaninya untuk terus beribadah ke pada Allah. 10 kebajikan, dihapus 10 kejelekan, setiap kejelekan kita tentunya tidak ingin diperlihatkan bahkan menjadi dosa. Justru dengan kebaikan itulah didapat untuk mendapat pahala.

Penghantar doa diijabah, setiap lantunan doa yan tersulut akan mudah Allah kabulkan dengan bershalawat sepenuh hati dan keridhaan. Ampunan dosa, dosa menjadi penimbang berat untuk masuk surga, dengan shalawat berharap kepada Allah atas segala kebaikan-Nya. Mendekatkan diri dengan Rasulullah, merasa dekat dengan Rasul akan membawa hal baik kepada kita, salah satunya adalah mudah untuk terus beribadah. Pemenuhan hajat, siapa yang memiliki hajat, agar hajatnya terpenuhi dapat dengan mudah untuk dikabulkan dan dipermudah dengan membaca shalawat. Mensucikan diri, ketenangan hati akan didapatkan dan kefokusan hati kita agar terus beribadah kepada Allah dengan bershlawat agar hati menjadi bersih. Pengingat kepada Allah, selain mengagungkan Nabi, tentu shalawat menjadi jalan untuk ibadah kepada Allah semata.  

Sebelas keutamaan tersebut dapat kita jalankan dan dapatkan dengan mudah hanya dngan bershalawat. Semoga setiap gerak kita dipermudah untuk terus bershalwat kepada Nabi. Aamiin.