Syiar untuk Syair

 

     


      Hadroh adalah kesenian islami yang sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. Dikisahkan pada saat baginda nabi hijrah ke madinah, baginda nabi disambut gembira oleh kaum anshor dengan nyanyi-nyanyian, lagu-lagu, syair-syair, yang dikenal dengan sholawat “thola’al badru ‘alaina” serta diiringi oleh tabuhan dari hadhrah atau duff.

  Hadrah pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh tasawuf yang sampai sekarang karya - karyanya masih di perbincangkan oleh pakar - pakar serta sarjana - sarjana di dunia timur maupun barat, beliau adalah Jalaluddin Rumi Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. 

    Kesenian hadroh merupakan suatu kesenian yang selalu dinantikan. Irama tabuhan rebana yang merdu dan khas membuat lantunan sholawat yang diiringi menjadi terasa syahdu dan menggetarkan jiwa.

    Banyaknya anak muda yang hobi memainkan seni Hadroh, menjadikan hadroh semakin dikenal baik di kalangan masyarakat. Adapun macam-macam alatnya yang sering kita temui: terbang, bass / jidor, ketam, perkusi / darbuka, keprak. 

    Namun, Hadroh Indonesia memiliki inovasi baru. Dengan membuat berbagai macam aksesoris yang dapat meningkatkan minat dikalangan anak muda khususnya masyarakat UIN untuk selalu mengingat sholawat. 

Berdasarkan hadist nabi:

"Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersholawat untuknya sepuluh kali." (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa'i). 

        Selain memainkan hadroh, hal ini bisa juga menjadi media syiar melalui syair karena bermain hadroh bisa berdakwah melalui lirik sholawat dan lagu islami yang dibawakan, tuturnya.

    Tidak aneh memang karena grup sholawat membawa unsur syiar di dalam syair dan juga grup sholawat relatif bisa dimasuki semua umur diberbagai kalangan menengah ke bawah walau relatif lebih didominasi oleh kawula muda.

Faktanya sudah sejak dahulu hadroh digunakan oleh para sufi untuk berdzikir kepada Allah SWT dan bersholawat kepada Rasulullah SAW. Karena dengan menggunakan hadhrah para sufi dapat langsung menghadirkan hatinya kepada Allah SWT. serta dalam dzikirnya. Dengan alat seni musik hadroh para sufi lebih menghayati dan lebih khusuk dalam berdzikir dan bersholawat. 

 

 

 

0 Comments

Posting Komentar