Sejarah Shalawat Nabi


Membaca shalawat adalah salah satu amalan dan penghargaan kita kepada Rasulullah SAW. Sebagai umat Rasul SAW tentu kita tak asing lagi dengan amalan membaca shalawat, bahkan di masa sekarang membaca shalawat tidak hanya amalan yang bernilai pahala, tapi juga sudah mulai menjadi budaya dan perlombaan.

Membahas sejarah shalawat tentu tidak bisa terlepas dari Surat Al-Ahzab ayat 56:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Sebab turunnya ayat ini bisa dibilang menjadi sejarah shalawat kepada Rasul SAW. Sebab, At-Thabari menyebutkan bahwa setelah ayat ini turun, ada seorang sahabat yang bertanya terkait bunyi shalawat kepada Rasulullah SAW. Kemudian Rasul SAW menyebutkan shalawat Ibrahimiyah, sebagaimana yang biasa kita baca pada tasyahud akhir saat shalat.

Ayat tersebut oleh At-Thabari memerintahkan orang-orang yang beriman untuk mendoakan Rasul SAW dan keselamatannya. Terkait kapan shalawat itu diwajibkan kepada Rasul SAW, merujuk pada turunnya ayat tersebut kepada Rasul SAW, perintah shalawat tersebut diturunkan pada bulan Syaban pada tahun kedua Hijriyah.

Secara lebih lanjut As-Suyuṭī menjelaskan bahwa shalawat sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Musa AS dan kaumnya, Bani Isra’il. Saat itu Bani Isra’il bertanya kepada Nabi Musa AS, terkait apakah Allah SWT bershalawat kepada makhluk-Nya. Mendengar pertanyaan dari kaumnya tersebut, Nabi Musa AS kemudian berdoa dan meminta jawaban kepada Allah SWT. Allah SWT pun menjawab pertanyaan Nabi Musa AS. Allah SWT berfirman kepada Nabi Musa AS.

Kemudian turunlah Surat Al-Ahzab di atas. As-Suyūṭī menambahkan bahwa setelah turun ayat tersebut, kaum Bani Israil tersebut kemudian bahagia dan memujinya.

Dari hal ini bisa diambil kesimpulan bahwa anjuran bershalawat turun untuk menghargai dan memuji utusan Rasul SAW atas tanggungannya berdakwah kepada para kaumnya. Shalawat awalnya sebagai kabar baik kepada kaum Bani Israil, namun Allah SWT juga memberikan keutamaan kepada para nabi melalui shalawat kepadanya terlebih dahulu karena semuanya disampaikan melalaui perantaranya.

Ini juga bisa termasuk sebagai penghargaan kepada Nabi dan Rasul tersebut. Dalam hal ini Ubay ibn Ka’ab menyebutkan bahwa tidak ada hal baik yang diturunkan kepada seorang Rasul kecuali Rasul tersebut menjadi bagian dari hal baik tersebut.

Oleh karena itu pada masa Rasulullah SAW, shalawat ini juga bisa menjadi sebuah penghargaan kepada Rasul SAW. Itulah mengapa ketika nama Rasul SAW disebut, Rasul SAW menganjurkan kita untuk membaca shalawat kepadanya, bahkan dengan memberikan janji keutamaan-keutamaan yang banyak.

0 Comments

Posting Komentar